30 Mei 2008

Tablig Akbar MTQ XXII


*Said Agil Siradj: Pentinganya Kerukunan Hidup Beragama

Borneo Tribune,
tidak hanya untuk menghidupkan syiar agama islam di Kalimantan Barat, akan tetapi pelaksanaan MTQ XXII di Kota Singkawang juga sebagai moment untuk memupuk kerukunan dalam umat bergama. Pembinaan kerukunan umat itu diperlukan karena Kalimantan Barat, khususnya Kota Singkawang bercirikan hidup yang plural. Wilyah yang tidak hanya didiami satu suku, namun bergam suku. Daerah yang tidah hanya dimiliki satu agama, akan tetapi bergam agama.

Karena pentingnya pembangunan dan pembinaan kerukuna tersebut, maka pada Kamis (29/5) malam kemarin, panitia menghadirkan salah seorang kiai yang didatang dari Jakarta. Ia dalah KH. Prof. Dr. Saud Agil Siradj. Kedatangannya bertujuan untuk untuk mengisi tablig akbar yang telah dirancang oleh pantia.

Bukan di ruangan tertutup, tabliq akbar yang dimulai setelah final tilawah qiraat tersebut digelar di lapangan terbuka Kridasana Kota Singkawang. Kedatangan Siradj disambut ratusan, bahkan ribuan masyarakat. Dengan beragam warnah pakian, putih, hitam, dan lainnya, masyarakat tersebut berduyun-duyun datang, mulai selesainya salat magrib. Mereka mengisi tempat duduk di tribune, dan ratusan diantara mereka juga ada yang duduk dan berdiri di lapangan, berhadapan langsung dengan mimbar utama tempat berdirinya penceramah.

Sebelum Said tampil memberikan tausiah, Wakil Walikota Singkawang, Edy R. Yacoub tampil memberikan pengantar. Ia mengatakan, Singkawang merupakan kota yang plural. Kota yang lebih memiliki keragama dibandingan dengan kota taupun kabupaten lain. Kota tersebut diisi belasan bahkan puluhan etnis, serta juga disi beragam umat beragama. Namun sebagai kota dengan beragam keragaman tersebut, Kota Singkawang meruapakan daerah yang aman, dan jauh dari komplik antar agama, ataupun etnis yang berkepanjangan.

Keragaman yang dimiliki Kota Singkawang menjadi pijakan awal bagi Said Agil Sirad menyampaikan tausiah. Menurut tokoh NU ini, keberagaman tersebut merupakan kekayaan dan harus dijaga. Dengan kata lain jangan sampai, dengan keragaman tersebut terjadi perpecahan yang selanjutnya berdampak pada kerukunan sesama. Perbedaan suku, agama, dan budaya bukan dasar untuk terjadinya perpecahan. Akan tetapi kebergaman tersebut merupakan aset yang kaya untuk membangun suatu bangsa.
Sebagai contoh, Nabi Muhammad meruapkan sosok pemimpin yang selalu menghargai perbedaan. Muhamad tidak akan megusir bahkan memusuhi orang kafir yang tidak memusuhi orang islam. Selain itu, Muhammad juga tidak pernah meminta pada orang Islam untuk memusuhi orang kafir yang tidak bermusuhan dengan islam. Bahkan kata Said, disebutkan dalam satu riwayat, salah seorang tentara Islam pernah dibunuh kisas karena telah membunuh orang kafir yang tidak memusuhi islam.

”Karena bercermin dari sikap Muhammad tersebut, warga di Kota Singkwang harus tetap rukun dalam membina kehidupan,” tambah Said.

Pentingnya hidup rukun juga diungkapkan dalam kita suci agam Islam, Al-quran. Ini terbukti dengan pembahasan pentinganya hidup bersosial lebih banyak dibahas dibanding dengan pembahasan yang terkait dengan aqidah atau ketauhidan. Bila dihitung dengan persentasi, sekitar sembilan puluh lima persen ayat-ayat dalam aquran berbicara tentang kehidupan sosial, dan hanya sekitar lima persen yang hanya berbicara tentang ketauhidan.

”Dengan pembahasan dalam alquran tersebut menandakan bahwa kerukunan dalam kehidupan sosial harus diutamakan,” kata Siradj (Mjidi, Borneo Tribune)

Tidak ada komentar: